Menikmati Toleransi yang Harmonis di Malaka

Church of St Francis Xavier dibangun tahun 1506

detikTravel Community -   Malaka merupakan sebuah kota di Malaysia yang kaya akan budaya. Di sini kita bisa traveling sambil mempelajari kehidupan masyarakat Malaka yang walaupun etnis dan agamanya berbeda tetapi tetap hidup rukun.Tepat jika Malaka disebut sebagai melting pot. Kesan itulah yang muncul ketika pertama kali menjejakkan kaki ke kota ini setelah menempuh  perjalanan sekitar dua jam menggunakan bus, langsung dari Kuala Lumpur Internatinal Airport.Sejarah Malaka dimulai lebih dari 7 abad lampau. Dimana Malaka menjadi pusat perdagangan sutera dan porselen.

Saat itu, Malaka dikunjungi oleh ratusan kapal setiap tahun yang membawa serta pendatang dari berbagai etnis dengan tujuan terkait perdagangan.Wajah Malaka saat ini diisi oleh manusia berbeda etnis dengan tampilan fisik dan bahasa pengantarnya masing-masing. Di sini, hidup berbaur etnis Melayu, China, India, Baba Nyonya/peranakan-percampuran Melayu dengan China, Portugis, Chitty–percampuran Melayu India dan Eurasia.Mereka saling berinteraksi, berbagi ruang tinggal yang sama. Masing-masing etnik menghidupkan tradisi dan kebiasaan yang berbeda. Cerminan keragaman Malaka tidak hanya dari etnis penghuninya.Yang mencolok mata adalah aneka bangunan tempat ibadah. Indah dari sisi arsitektur karena dibangun pada zamannya masing-masing. Masyarakat

Malaka memang menganut agama dan kepercayaan yang berbeda–beda, umumnya satu etnik mayoritas menjadi penganut satu agama tertentu.Masing-masing tempat ibadah memiliki tampilan arsitektur berbeda, sesuai dengan masa pembangunan dan langgam pengaruh yang diterima. Perpaduan semuanya menghasilkan estetika pada level yang mumpuni. Sangat memanjakan mata.Diantara tempat ibadah yang bisa disaksikan adalah Church of Christ, Church of St Paul, Kuil Sri Poyyatha Vinayagar Moorthi, Masjid Kampung Kling, Kuil Cheng Hoon Teng, Masjid Selat Malaka, Church of St Peter dan Kuil Sam Poh Kong.Konsentrasi utamanya di Jalan Laksamana dan Jonker, salah satu kawasan tertua di Malaka. Uniknya, masjid, kuil dan gereja dibangun sangat berdekatan. Pemandangan yang menarik.Nampaknya kita perlu belajar tentang harmoni dari Malaka.

Keragaman etnis  dan agama penduduknya tidak memicu konflik. Masyarakat Malaka hidup bersama dan berdampingan dalam kedamaian.Ada penghormatan dan pemberian kebebasan pada masing-masing untuk mempraktekkan ajaran agamanya. Rasanya tidak banyak tempat dimana gereja, kuil serta masjid bisa begitu banyak dan sangat dekat jaraknya. Di dalamnya, ritual ibadah yang berbeda bisa dilakukan dengan leluasa.Di Malaka, toleransi antar umat bukan lagi sekedar wacana. Bisa jadi, keyakinan mereka tentang toleransi sama tuanya dengan usia kota. Selalu saja saya rindu pulang setiap kali mendapatkan pelajaran baik dari kampung orang. Semoga harmoni itu bukan sekedar mimpi buat Indonesia.  


View the original article here

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menikmati Toleransi yang Harmonis di Malaka"

Post a Comment